KUN FAYAKUN CINTA (Antologi Puisi Reliji Lintas Negara)

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah adalah bunga syukur yang selalu bermekaran di hati, utamanya setelah berhasil merampungkan KUN FAYAKUN CINTA (Antologi Puisi Reliji Lintas Negara).
Antologi ini merupakan Antologi ketiga yang saya selenggrakan bersama seluruh sahabat dari berbagai negara, setelah sebelumnya menyelenggarakan Antologi Puisi Ketika Penyair Bercinta (scribd.com,2010 dan evolitera.co.id,2010), Antologi Cerpen Cinta Reliji Lintas Negara (evolitera.co.id, 2010) yang dimeriahkan oleh Pipiet Senja, Syarif Hidayatullah, Abdul Hadi, Moh. Ghufron Cholid (Indonesia), Yeyen Cahyani, Sofi Bramasta (Hongkong), Armi S Leanis (Taiwan).
Antologi ini dimulai dengan judul puisi PILIHAN karya dari Zaini Sh, Malaysia dan ditutup dengan puisi berjudul KUN FAYAKUN CINTA karya Moh. Ghufron Cholid, Madura Indonesia.
Kehadiran Antologi ini ke tengah-tengah pembaca bisa menjadi bukti bahwa silaturrahmi karya itu selalu ada beriring ridlaNya, walau hanya sebatas mengenal lewat dunia maya. KUN FAYAKUN CINTA (Antologi Puisi Reliji Lintas Negara) merupakan bukti bahwa facebook juga bisa dimanfaatkan dengan baik dan berguna untuk umat khususnya dalam menebarkan khazanah sastra.
Atas nama ketua penyelenggara saya haturkan terimakasih atas segala partisipasi seluruh sahabat dari berbagai negara, baik yang hanya mendukung melalui doa maupun yang mendukung lewat doa sekaligus mengirimkan karya-karya.
Seluruh karya yang masuk diseleksi dan dicarikan puisi yang paling mewakili. Puisi yang paling menggambarkan keadaan.
Dalam penyeleksian tersebut saya mengambil aneka ragam pertimbangan, ada yang memang pertimbangan kekuatan pesan, ada pula dari metafor, ada pula karena menginginkan keberagaman karya sehingga tidak ada pengkotak-kotakan antara penyair senior maupun penyair yang baru menata sebab semuanya memiliki hak yang sama dalam berkrya.
Para penyair yang ada dalam Antologi ini memiliki latar belakang yang bervariatif sehingga kehadiran buku ini akan menambah khazanah sastra yang beraneka ragam.
Terlepas dari plus dan minusnya, saya haturkan selamat membaca, selamat mengapresiasi, salam persahabatan dan salam karya. Segala hal mengenai Antologi ini bisa ditanyakan langsung kepada para penyair yang ada, bisa juga ditanyakan kepada saya langsung sebagai ketua penyelenggara.


Al-Amien Prenduan, 19 Desember 2010

Ketua Penyelenggara
Moh. Ghufron Cholid, Madura Indonesia

Zaini SH
PILIHAN

kau dan aku insan
punya rezeki dari Tuhan
jadilah sebaik kawan
jauhi mahu lawan

kau dan aku insan
telah tahu hikayat pesan
segala ini hanya pinjaman
adat jurus kesedaran
bertandang kala sesalan

kau dan aku insan
hitam putih pilihan
usah celih berjalan
di landasan kebenaran.

Zaini Sh
101127

Dyza Ainun
BERIKAN


Berikan aku setangkai hati
dari taman jiwamu
laman kehidupan akan kusucikan
dalam ladungan doa dan pasrah
yang dingin
litupi hatimu bersama kelopak rasa
yang manis bersalut ikhlas
dari segenap perasaan murni
keukhwahan sesama
janji sepadu melintuk kemurnian
yang panjang bermusim

biar saja kelopak hatimu terus mekar
di antara pijar semangat
dan ilusi kehidupan sejati
demi langkah demi langkah yang diatur
menuju ke sana
yakin tak pernah luruh

akan terus wangi
hadiah kasturi dari kalung persahabatan
yang tak pernah lerai
berjuta musim bakal menghiasi persada jujur
himpun segala
belanga perharian kita jadi limpah
sayang yang bertaut tak pernah ugah
demi segala yang tercatat
dalam genap persahabatan ini

Dhamah Syifflah
SETIAP HARI, JIKA KAU IZINKAN


Setiap hari aku memandang langit...
Agar aku bisa terbang ke atasnya...
Bebas melepasi kabus-kabus putih...
Namun apakan daya...

Berpijak di tanah rata...
Masih jua aku terjatuh...
Mengariskan luka berdarah...
Tercalar kerana kealpaan sujud ke atasNya...

Jika Kau izinkan...
Aku sujud buat selamanya...
Sekian lama aku menagih kasih...
PadaMu Allah...

Setiap hari aku melayarkan bahtera...
Agar ketemu penawar yang dicari...
Dapatlah aku rawat rindu yang mencengkam...
Namun apakan daya...

Cinta yang telah lama diberi...
Aku persia-siakan, malah dicampak ke seberang lautan...
Aku buta tiada mata, meraba-raba mencari...
Menangisi penuh penyesalan, sujud ke atasNya...
Jika Kau izinkan...
Kembalilah cinta rindu dijiwa...
Sekian lama aku merintih kasih...
PadaMu Allah...

Indah Hairani Latif
CINTA YANG PERGI

Pada remang senja berdarah
di atas tanah merah
kuletakkan jasad cinta
di tepi pusara
di bawah gerimis yang meluruh
ketika aku bersimpuh
ketika kutatap sengsaranya
airmataku menimpa
pada wajah yang bening
dan di atas bibir yang garing
telah pergi buat selamanya
meninggalkan setiaku yang dewasa
dan rindu-rindu yang melata
tidak akan kulihat lagi senyum
dan jeling mesranya
ketika menunggu
dan menghantarku
tidak akanku dengar lagi
zikir cinta kalimah rindunya
di telingaku.

Lalu ketika talkin dibaca
kubisikan dengan rawan
agar dia dengari
aku tidak ingin dia pergi
dan….
kuulangi berkali

Zai Rania
TASBIH CINTA

kulihat cinta
di pelupuk mata
berkaca bak mutiara

dan terbitlah
bebunga asmara
mewarnai hati

tika pelangi
memancar kilau
gerimis berlabuh

betapa teduh
sebuah pelabuhan jiwa
saat raga menemukan
rohnya

terbukalah hijab duka
melarut lautan kasihsayang
dan bening ketulusan
memercik pesona wajah

senyum melirik
menerobos waktu
siang dan malam
seakan mentari menanti

dan kutarikan
getaran syukur
membisik indah namaMu
seiring doa berlagu rindu

zai rania (28.11.10)

Aslinah Ali
MEMATAH KATA

sepatah kata
mungkin lebih bermakna
ungkapan indah
berbunga-bunga
untuk apa ?
andai
sepatah kata
bisa merungkai segala makna
dan mematah kan segala kata.....


aslinahali
220910

Imron Tohari
ISTIQOMAH CINTA


Tiada lagi nada kasih
Yang dulu terdengar indah
Kini,dalam kumbangan madu cekat
Gelora asmara terkungkung sekat

Terjal berliku ujian cinta
Kuharap hati tiada layu
Biar rasa sakit di jiwa
Kuanggap sebagai batu ujianku

Saat airmata berderai-derai
Harap tersisa di cawan bestari
Istiqomah dalam kedalaman nurani
Bermohon pada Illaihi Robbi

Pada satu mushaf suci
Tertabur segala doa surgawi
Terlebur dendam dan benci
Semata karena ridho Illahi

__________________________________
Imron Tohari_lifespirit ‘09

Sinyo Manteman
UNTUK PINTAKU

benarlah jika Kau senyapkan waktu
di sepertiga malam itu
agar aku bisa lebih mengenalmu
agar pembicaraan kita yang melulu
hanya berdua tak terganggu

tak seharusnya kuhitung sujudku
yang bagi-Mu belum seberapa
tapi selalu saja kuhitung pintaku
juga keluhku ketika apa yang kuingin
tak jua nyata; aku menuntut

aku bertafakur
aku beristirah

kurunut jua nama-Mu di bulir tasbihku;
masih jua aku meminta untuk itu

Batavia, 101210
Nella S Wulan
NISAN

kubuka bungkusan, tak bernama pengirim
barangkali ia sengaja membiarku di tanya
lem mengering, kuak
: sebongkah nisan marmer!
tergores selarik pesan
: pahatlah namamu bila kau siap

cekam menggulungku
Malaikatkah pengirimnya?
Kaukah pengutus, Rabb ?
agar ku bersiap
agar ku gegas!


Saifun Arif Kojeh
KAU MENJADIKAN AKU
: renungan di jalan itikaf


kau kuntum berduri tetapi mawar
kau racun mematikan tetapi madu
kau gubuk bambu tetapi hotel berbintang tujuh

yang menjadikan aku
hati sebuah masjid
jalan sebuah tikar sajadah dalam sembahyang
mata sebuah pisau mengupas buah kedondong
telinga sebuah tembang prematur cinta
tidur sebuah doa elegi jiwa
tubuh sebuah ketiadaan

diantara lautan langit dan bumi
pada kedangkalan ilmu pengetahuan
diantara alam dan alam
pada ketidakmampuan mengungkap tuntas
rahasia miliknya

aku dan kau secuil daging remuk melapuk
sejenis tulang sulbi
tuk menemui kasih setia di tiada masa

Jalan Atot Ahmad, 5 Mei 2001

Melati Premasita Suci
KEIKHLASAN SEORANG ISTRI SHALEHAH

Bukan seorang wanita jika tak cemburu suaminya bersama wanita lain
Bukan seorang wanita jika tak terluka suaminya meminang wanita lain
Aku pun hanya wanita biasa, yang punya hati, yang bisa terluka

Yang kau lihat hanya air mata, tapi tidak hati ini
Yang kau dengar hanya tangisan, tapi tidak jerit hati ini

Maka suamiku, temani aku melangkah dalam sirath ini
Karena ini bukan langkah dan jalan yang mudah
Maka suamiku, ingatkanlah aku dengan dzikir cintamu
Karena dzikirmu adalah semangatku

Suamiku, jangan kau hapus air mata ini, biarkan luluh
Karena air mata ini sebagai tanda lunturnya luka hatiku
Suamiku, jangan kau redakan tangisku ini
Karena jerit tangisku akan rontokkan ketidak ikhlasanku
Maka suamiku, saat air mata ini berhenti mengalir dan tangisku mereda, akan kau lihat wajahku berseri dan hatiku yang suci

Suamiku, jangan hanya melihatku
Lihatlah di sampingmu yang lain
Ada wajah yang belum berseri
Berikan padanya tasbih yang ada padaku, ajak dia bertasbih bersama
Dan suara tasbih kita akan semakin menggema dunia

Aku hanya wanita biasa yang punya hati, yang bisa terluka
Tapi aku pun bisa untuk ikhlas
Karena yang aku cintai adalah Islam, Iman dan Ihsanmu


2010

Nero Taopik Abdillah
MUHARAM

Malam ini hujan, tuhan. Kuyup rambutku seperti juga tahun-tahun yang lalu
Tuhan maha langit
Aku maha debu
Dan Muharram menjemput tanpa a ba ta tsa
Rambutku berguguran sebagai catatan ganjil dan genap
ketika hujan tak lagi turun dan matahari menyalanyala
sebelum tubuhku ranggas, aku ingin marifatku mengeras

Tasikmalaya, 2010

Ramlee Wahab
PESANAN BUAT PERAWAN

Perawan, nasihat bondamu
Pelihara pakai serta perilaku
Hidup perlu menyimpul peraturan
Jaga batas sempadan kehormatan.

Perawan, bondamu berhak
agar dirimu tepat bertindak
usah memilih sesuka hati
moga rumahtangga kekal abadi.

Perawan, dirimu anak perempuan
kurang arif menilai kaca antara intan
berhati-hati keterampilan lelaki
mereka bijak berlakun berkompromi.

Perawan, bondamu perlu tahu
jangan beban terpikul di bahu
jangan melatah cepat terpikat
gopoh, serakah tiada berkat.

Perawan, jangan suka berahasia
khuatir hasilnya menjadi sia-sia
dirimu semulajadi bijak berbakat
dibimbing, dilatih hasilnya berkat.

Berkahwin bukan kerjaan mudah
pasangan zalim jiwamu gundah
suratan takdir kelak menentukan
berusaha, berdoalah pada Tuhan.

2010

Rosmiaty Shaari
GUA HIRA'KU

(sesawang apa yang menggayuti
gua hira' itu - dari gua kalbumu)

kau yang muncul dari sejarah itu
telah menjelma pada riwayat pada wahyu
yang terkumpul dalam lipatan waktu demi waktu
menjaring sedikit demi sedikit talitali yang kupaut
menjadi lebih kuat untuk kutaut hingga ke akhir
hayat yang kian lerai
berikan aku kaki-kakimu
agar aku dapat menjaring sesawang baru
untuk kututupkan pintu itu

gua yang menyimpan rahAsia
dari seekor lelabah perkasa
telah menyelamatkan rasa yang durhaka!


Bukit Katil, 1 Muharam 1432 H

Siti Fatimah
RIMBA KEINSAFAN

Aku melihat keceriaan mentari,
Kebiruan awan,
Kemerahan langit senja,
Kehitaman dada langit yang
di temani cahaya purnama,
dari sudut rimba keinsafan
membebaskan aku seketika daripada penjara derita.

Gayutan dedaun di pepohon rimba
Sering menyingkap tirai memoriku
Untuk terus melakar hidup tanpa berteduh
Di bawah kepompong dosa,

Inginku lakari peta malamku,
Dengan zikrullah berpanjangan,
Agar bisa timbul secangkir kerinduaan
Pada Yang Agung,
Dalam menbiarkan lenaku dibasahi
Kalimah rahsiah syahadah,
Agar cinta ILLAHI terus mengufuk
di rimba nuraniku

Husen Arifin
NYANYIAN DESEMBER

Desember baru berjalan membawa bunga
untuk ditanam di ladang. aku membaca
koran dan sore tergesa turunkan hujan.

di antara butir butir hujan aku bernafas
sambil menulis di lembar kertas tentang angin
yang menerbangkan hatimu ke cakrawala.

dan rerumputan sedang menari
dengan menyanyi bersama reranting
yang jatuh di halaman. dari atas langit
aku ingin Tuhan turunkan hatimu
dan malam nanti
kupersembahkan nyanyian Desember agar aku jaga
hatimu dari bayang bayang angin yang menjelma cahaya.

Malang, 2010

Rof Bintu Asri
PEREMPUAN BERMATA PUALAM
:Nyai Hj Aminah


Selepas sore itu
Kau yang masih kukenal dengan perempuan bermata pualam
Kau padukan senyummu dengan pelangi
Serupa wajah Ibu Suri, aku melihatmu begitu gemulai
Memanah hatiku dengan kata-kata
Kau rangkai tepat pada bulan purnama

Sesunyi apakah, hatimu
Rupamu mengantarkanku pada mahabbah yang tak pernah purna usia
Semakin tak purna
Sebab, mata air air matamu bukanlah api
Dan kudus doamu selalu merantaiku

Masih aku ingin memperbincangkan tentang sisa wejanganmu
Sampai saat ini aku belum lama kembali mendengar suaramu
Mendengar getar panggilanmu
Meski tak begitu,
Masih jelas kurekam pongah suaramu
Sembari tersenyum memanggil namaku

Entah bagaimana aku bisa hitung pepasir welas asihmu
Terlalu banyak dibawa angin sampai ke Jibril
Aku saja tak kuasa menahan air mata
Ketika Tuhan rapatkan namamu di singgasana-Nya


Room, nollima satudua satunol. 0.09

Fiki Nurmala Ainun Ro'at
SEPANJANG GELOMBANG PADANYA AKU TERBAYANG

laut, aku sedang melukai mataNya
di ruang yang tak pernah kutandai namaNya selain dosa
adakah perahu yang melayarkan tubuhku ke pulauNya?
lantaran angin mengantarku pada goa
pada sembilu yang nestapa.

seperti karang karang di bebatuan
aku mau melepas baju yang kelabu
dan ingin kukabarkan
sepanjang gelombang padaNya aku terbayang
pada setumpuk khilaf
pada dingin yang senyap.

langit berkabut, ombak berselimut
aku merapal doa aku merajut asmaNya
agar di ruang tahajjud aku mampu
mengembalikan bola mataNya
dan menjadi hambaNya karena cinta.

2010

Moh. Ghufron Cholid
KUN FAYAKUN CINTA
: KH. Cholid Mawardi

Kun fayakun cinta
Hilang sukma dalam tatap surga

Cinta menyala
Hangus simpul luka
O ayahanda
Langit pun bertasbih
Intip kita
Dalam debar jumpa

Malam sunyi
Almanak nurani
Waktu sufi
Antarkan diri
Dalam kencan rahasia
Ilahi sumber segala cinta

Kamar Hati,2010
Puisi ini saya buat khusus untuk seorang yang istimewa dalam hidup saya.




BIODATA PENYAIR

Zaini Sh adalah seorang yang suka menulis puisi berasal dari Pahang Malaysia, jika ingin lebih mengenal penyair bisa langsung berkenalan lewat facebook Zaini Sh

Dyza Ainun seorang penulis novel suka menulis puisi dan pantun, berasal dari Kuala Terengganu. Segala hal mengenai penyair bisa langsung ditanyakan via facebook Dyza Ainun. Kini berdomisili di Kuala Terengganu, Malaysia.

Dhamah Syifflah adalah nama pena dari Aizul Hairy Omar, lahir di johor bahru 22 ogos 1985 seorang Graphic Designer dan telah menikah. Kini tinggal di bandar baru uda, johor bahru, johor darul takzim, Malaysia. Segala hal menyangkut penyair bisa ditanyakan langsung via email dhamah_syifflah@yahoo.com atau bisa juga lewat facebook Dhamah Syifflah, bisa juga lewat blog pribadinya http://belayarmencaripenawar.blogspot.com.

Indah Hairani Latif adalah seorang penulis yang menekuni genre penulisan , Novel, Puisi, Skrip Drama, rencana dll, tinggal di Kuala Terengganu, Malaysia. Segala hal menyangkut penyair bisa ditanyakan langsung via facebook Indah Hairani Latif bisa juga mengunjungi blog pribadinya http://indah-hairani.blogspot.com

Zai Rania berasal dari Kajang Malaysia, segala hal yang ingin ditanyakan menyangkut penyair bisa langsung menghubungi via facebook zai rania.

Aslinah Ali, seorang perempuan bersahaja berasal dari negara Malaysia, segala hal menyangkut penyair bisa ditanyakan langsung via facebook Aslinah Ali atau bisa juga langsung menghubungi penyair di blog pribadinya http://aslinahali.blogspot.com.

Lifespirit merupakan nama pena dari Imron Tohari, SE. dilahirkan di Malang, 13 Januari 1969 seorang pekerja Swasta, menikah dengan BQ. Ernawati Melinda dan dikarunia dua buah hati yakni Alicia Rizka Ananda & Arlo Nauval Estrella. Kini berdomisi di Jln. D. Tondano 33 BTN Pagutan Permai Mataram – NTB, segala hal mengenai penulis bisa ditanyakan langsung melalui facebooknya Imron Tohari.

Sinyo Manteman nama pena ibnu purdiavril nugroho, lahir: jakarta, 28 april 1979 dan berdomisili di Jakarta, segala hal mengenai penyair bias langsung ditanyakan via facebook Sinyo Manteman.

Nella S Wulan adalah nama pena Nella Sri Wulandari, menetap di Bandung. Lahir di Semarang, 9 Januari 1971. Lulus 1996 dari IKIP Bandung. Kini sebagai pengajar Bahasa Inggris , penyuka puisi & cerpen. Segala hal mengenai penyair bisa ditanyakan langsung lewat blog pribadinya, http://nellasw.blogspot.com


Saifun Arif Kojeh adalah nama pena dari Raden Sarifudin, lahir di Durian Sebatang, Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat, pada tanggal 8 Desember 1977. Anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Raden Koman Sahar dan ibunya bernama Utin Jetiah Bujang Saheran. Karya-karyanya tersebar baik di media cetak maupun online. Berbagai penghargaan pun telah diterimanya. Kini penulis aktif melatih anak didiknya menulis puisi, prosa, cerpen, dan teater. Dia juga menjabat sebagai Ketua SAKENI (SAnggar KEpenulisan dan seNI) dan Kompenkat (Kelompok Penulis Berbakat). Alumnus SMA Negeri 2 Pontianak dan FKIP Untan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah ini sekarang mengabdikan dirinya sebagai guru di SMA Negeri 1 Simpang Hilir, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Kontak person: Jalan Atot Ahmad Nomor 05, Perumnas 2, Pontianak Barat 78113. Nomor telepon rumah: ((0561) 778384) dan Nomor HP: 085252411358 serta emailnya: muhammad.sakim@yahoo.co.id, udhiencahayajiwa@gmail.com, dan arifkalabar@yahoo.com.

Gadis Sunda asli ini bernama Melati Premasita Suci memiliki nama pena Premasita, lahir di Bandung pada tanggal 4 Februari 1987 sebagai anak pertama dari pasangan Undang Suryana dan Imas Rohayati. Saat ini Melati bekerja sebagai karyawati di salah satu toko sarana pertanian di Garut. Hobi menulis sudah digeluti sejak duduk di bangku SMP seiring dengan hobinya membaca novel. Namun hobi menulis ini tidak di dalami karena kurang disetujui keluarga. Saat ini Melati mulai aktif kembali menulis, melanjutkan beberapa novelet yang sempat terbengkalai. Semuanya dikerjakan di sela-sela jam kerjanya, karena masih memanfaatkan komputer di tempat kerja untuk menulis. Dan Melati bertekad untuk mencapai impiannya menjadi seorang penulis. Beberapa karyanya adalah cerpen Demi... , Ketika Dia Pergi, Kenangan Bisu dan Takdir. Dan saat ini sedang menulis kumpulan novelet Bunga Cinta Dunia. Semoga bisa cepat rampung. Berdomisi di Komp. Pataruman Indah blok B No. 42 Tarogong Kidul – Garut Jawa Barat 44151. Segala hal mengenai penyair bisa ditanyakan langsung via email premasita@yahoo.co.id atau facebook MelatiHilman.2310 (Melati Permana) bisa juga lewat handphone 081322361987 dan 08977800250.

Nero Taopik Abdillah lahir di garut, 15 Juli 1983 merupakan alumni UPI kampus Tasikmalaya. Semasa kuliah merintis berdirinya komunitas teater cagur dan komunitas AKSARA. Aktivitas saat ini menjadi guru di SDN 2 Cikuya kec. Culamega Kab. Tasikmalaya, selain itu menjadi DPO Komunitas AKSARA, serta menjadi pengurus Pondok Media Tasikmalaya. Beberapa karyanya pernah dimuat di Kabar Priangan, Radar Tasikmalaya, Kabar Cirebon, Buletin Teras Sastra DKJT, Majalah Ekspresi Bali, Fajar Makasar, antologi Berjalan ke Utara serta beberapa media maya seperti situseni.com, kompasiana.com, matapelajar.com dan beberapa media lainnya. CP: 081323460864 Email: taopik.insan@yahoo.co.id.
Ramlee Wahab memiliki nama pena Nakhoda (Rawa/Ramayana/Flora), menulis Sajak/Puisi, Puisi Tradisional, Cerpen, Apresiasi Karya, dll. Telah menikah dan memiliki 3 orang anak. Berdomisi Batu Pahat, Johor, Malaysia), seorang Pensyarah & Pengelola Pusat Bahasa. Memiliki kegemaran menulis, membaca, melancung, dll. Pengajian Tertinggi: PhD (Linguistik Inggeris).
Rosmiaty Shaari dilahirkan pada 25 Mei 1961 di Teluk Intan, Perak. Menerima pendidikan rendah dan menengah di negeri kelahirannya hingga ke peringkat STPM, dan kemudian pengajian Seni Kreatif (Kesusasteraan) di Universiti Sains Malaysia (1984). Selain puisi, beliau turut menulis dalam genre cerpen, novel dan terjemahan. Pernah memenangi beberapa hadiah karya sastera, antaranya, hadiah utama pertandingan cerpen (PENTAS) Perak 1980 dan hadiah utama pertandingan cerpen (Selangor) 1985 . Karya-karya beliau turut termuat di media tempatan seperti majalah Dewan Sastera, Dewan Siswa, Mingguan Malaysia, Berita Minggu, Jelita, Wanita, Keluarga dan lain-lain. Antara karya Rosmiaty dalam bentuk buku ialah kumpulan cerpen persaorangan, Malam Seribu Malam, Mannequin (kumpulan cerpen bersama), Temuh Tasik Kenangan (kumpulan puisi bersama) dan banyak lagi. Lima buah buku terjemahan dalam siri 'Jangan Tinggalkan Kami' memuatkan tajuk Saya datang dari Bosnia, Saya Datang dari Vietnam, Saya datang dari India, Saya datang dari Somalia, dan Saya datang dari Palestin.

Siti Fatimah Binti Mohd Said memiliki nama pena : S. Fatimah / Siti Fatimah Mohd Said
No. K/P : 920122-08-6466.Alamat rumah : No 273, Fasa 2i, 32040 Seri Manjung, Perak
No. Telefon : 019-4035756/ 016-5183039.E-mel : Ufuk_kirmizi92@yahoo.com
Asal : Lumut, Perak. Pendidikan : a)SK Seri Manjung( 2000-2001). SK Seri Sitiawan(2001 SK Seri Bayu) b) SMK Seri Samudera (2005). SMK Teluk Kerang. Pontian Johor(2005-2009)
c)Sedang di Institut Pendidikan Guru Kampus Ipoh, Ipoh bidang Bahasa Melayu. Berkerja sebagai seorang pelatih guru. Karya kreatif terkini : Tirai Damai, (Tunas Cipta terbitan DBP). Karya lainnya bisa dibaca di http://ufukkirmizi.blogspot.com.

Husen Arifin, lahir di Probolinggo 28 Januari 1989. Mahasiswa Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang. Suka menulis puisi, cerpen dan esai. Karya puisinya menjadi Finalis Lomba Cipta Puisi Instant "Insyaf" 1 Muharram 1432 H, dan Nominasi Lomba Cipta Puisi Nasional Batu Bedil Award Festival Teluk Semaka Kabupaten Tanggamus, 2010.

Rof Bintu Asri, seorang gadis periang yang menyukai puisi, lahir dan dibesarkan di tanah Sakera berdomisili di Pamekasan. Segala hal mengenai penyair bisa ditanyakan langsung via facebook Rofa Bintu Asri

Fiki Nurmala Ainun Ro'at, lahir di Jember 20 Juni 1988. Mahasiswi Institut Dirosah Al-Islamiyah (IDIA) Al-Amien Prenduan, Sumenep Madura, sedang mengabdi juga di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura. Segala hal mengenai penyair bisa ditanyakan langsung via email ykciv_icic@yahoo.com

Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986 Putra KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh seorang Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, seorang Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA), seorang Ketua Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Yayasan Al-Amien Prenduan. Antologi Puisi Mengasah Alief (2007,bersama 10 Penyair Angkatan 31), Antologi Puisi Yaasin (Balai Bahasa Jatim,2007 bersama penyair pesantren se Jawa Timur) Antologi Puisi Toples (2009, bersama beberapa Mahasiswa Jogjakarta) Antologi Puisi Akar Jejak (2010,bersama 50 Penyair Al-Amien), Kumpulan Puisi Heart Weather (ebook pertama 2010 di scribd.com dan ebook kedua,2010 di evolitera.co.id), Kumpulan Puisi Dari Huruf Hingga I'tikaf (ebook di evolitera.co.id, 2010), Antologi Puisi Menuju Pelabuhan (scribd.com, 2010 dan evolitera.co.id, 2010). Antologi Puisi Ketika Penyair Bercinta (scribd.com, 2010 dan evolitera.co.id, 2010). Antologi Cerpen Cinta Reliji Lintas Negara terbit di (evolitera.co.id,2010). Mengabdikan diri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465. Alamat Rumah Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong Komis Kedung-dung Sampang atau Pondok Pesantren Almunawwir Kauman Blega RT02/RW05 Kec. Blega Kab. Alamat email putra_blega@yahoo.com CP 087852121488.


Baca selengkapnya »

PUISI ZAINI SH PAHANG, MALAYSIA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Pilihan

kau dan aku insan
punya rezeki dari Tuhan
jadilah sebaik kawan
jauhi mahu lawan

kau dan aku insan
telah tahu hikayat pesan
segala ini hanya pinjaman
adat jurus kesedaran
bertandang kala sesalan

kau dan aku insan
hitam putih pilihan
usah celih berjalan
di landasan kebenaran.

Zaini Sh
101127

Biodata Penyair
Zaini Sh adalah seorang yang suka menulis puisi berasal dari Pahang Malaysia, jika ingin lebih mengenal penyair bisa langsung berkenalan lewat facebook Zaini Sh


Baca selengkapnya »

PUISI DYZA AINUN KUALA TERENGGANU, MALAYSIA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

BERIKAN


Berikan aku setangkai hati

dari taman jiwamu

laman kehidupan akan kusucikan

dalam ladungan doa dan pasrah

yang dingin

litupi hatimu bersama kelopak rasa

yang manis bersalut ikhlas

dari segenap perasaan murni

keukhwahan sesama

janji sepadu melintuk kemurnian

yang panjang bermusim



biar saja kelopak hatimu terus mekar

di antara pijar semangat

dan ilusi kehidupan sejati

demi langkah demi langkah yang diatur

menuju ke sana

yakin tak pernah luruh



akan terus wangi

hadiah kasturi dari kalung persahabatan

yang tak pernah lerai

berjuta musim bakal menghiasi persada jujur

himpun segala

belanga perharian kita jadi limpah

sayang yang bertaut tak pernah ugah

demi segala yang tercatat

dalam genap persahabatan ini

Biodata Penyair
Dyza Ainun seorang penulis Novel suka menulis puisi dan pantun, berasal dari Kuala Terengganu. Segala hal mengenai penyair bisa langsung ditanyakan via facebook Dyza Ainun. Kini berdomisili di Kuala Terengganu, Malaysia.


Baca selengkapnya »

PUISI DHAMAH SYIFFLAH,MALAYSIA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Setiap Hari, Jika Kau Izinkan


Setiap hari aku memandang langit...

Agar aku bisa terbang ke atasnya...

Bebas melepasi kabus-kabus putih...

Namun apakan daya...



Berpijak di tanah rata...

Masih jua aku terjatuh...

Mengariskan luka berdarah...

Tercalar kerana kealpaan sujud ke atasNya...



Jika Kau izinkan...

Aku sujud buat selamanya...

Sekian lama aku menagih kasih...

PadaMu Allah...



Setiap hari aku melayarkan bahtera...

Agar ketemu penawar yang dicari...

Dapatlah aku rawat rindu yang mencengkam...

Namun apakan daya...



Cinta yang telah lama diberi...

Aku persia-siakan, malah dicampak ke seberang lautan...

Aku buta tiada mata, meraba-raba mencari...

Menangisi penuh penyesalan, sujud ke atasNya...


Jika Kau izinkan...

Kembalilah cinta rindu dijiwa...

Sekian lama aku merintih kasih...

PadaMu Allah...

Biodata Penyair
Dhamah Syifflah adalah nama pena dari Aizul Hairy Omar, lahir di johor bahru 22 ogos 1985 seorang Graphic Designer dan telah menikah. Kini tinggal di bandar baru uda, johor bahru, johor darul takzim, Malaysia. Segala hal menyangkut penyair bisa ditanyakan langsung via email dhamah_syifflah@yahoo.com atau bisa juga lewat facebook Dhamah Syifflah, bisa juga lewat blog pribadinya http://belayarmencaripenawar.blogspot.com


Baca selengkapnya »

PUISI INDAH HAIRANI LATIF KUALA TERENGGANU,MALAYSIA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

CINTA YANG PERGI


Pada remang senja berdarah

di atas tanah merah

kuletakkan jasad cinta

di tepi pusara

di bawah gerimis yang meluruh

ketika aku bersimpuh

ketika kutatap sengsaranya

airmataku menimpa

pada wajah yang bening

dan di atas bibir yang garing

telah pergi buat selamanya

meninggalkan setiaku yang dewasa

dan rindu-rindu yang melata

tidak akan kulihat lagi senyum

dan jeling mesranya

ketika menunggu

dan menghantarku

tidak akanku dengar lagi

zikir cinta kalimah rindunya

di telingaku.



Lalu ketika talkin dibaca

kubisikan dengan rawan

agar dia dengari

aku tidak ingin dia pergi

dan….

kuulangi berkali

Biodata Penyair
Indah Hairani Latif adalah seorang penulis yang menekuni Genre penulisan , Novel, Puisi, Skrip Drama, rencana dll, tinggal di Kuala Terengganu, Malaysia. Segala hal menyangkut penyair bisa ditanyakan langsung via facebook Indah Hairani Latif bisa juga mengunjungi blog pribadinya http://indah-hairani.blogspot.com/


Baca selengkapnya »

PUISI-PUISI ZAI RANIA,MALAYSIA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

TASBIH CINTA

kulihat cinta
di pelupuk mata
berkaca bak mutiara

dan terbitlah
bebunga asmara
mewarnai hati

tika pelangi
memancar kilau
gerimis berlabuh

betapa teduh
sebuah pelabuhan jiwa
saat raga menemukan
rohnya

terbukalah hijab duka
melarut lautan kasihsayang
dan bening ketulusan
memercik pesona wajah

senyum melirik
menerobos waktu
siang dan malam
seakan mentari menanti

dan kutarikan
getaran syukur
membisik indah namaMu
seiring doa berlagu rindu

zai rania (28.11.10)

TERLEWATKAH SEBUAH INSAF

detik penuh tanda tanya
tika diam tiba-tiba menjengah
terkapar kelemasan
merobek seribu mimpi

dalam kegersangan
merangkak mengejar bayangan
yang tak kesampaian
airmata mengoles darah
menodai hati

luka itu adalah senyuman
tika badai jiwa melanda
menjemput jelatah dosa
bergelimpang megah di bawah sadar

dan gagap tak terlafadz
saat jalang-jalang nafsu berlagu
mengajak roh menari songsang
ditemani riuh salakan serakah

berdentum hebat pekikan insaf
detik sakratul tanpa salam
merenggut untaian raga
tanpa belas terheret bak debu

saat pintu taubat terkatup
apa guna kalimah syahadat
nyawa sudah di hujung tanduk
terbuntang mata melihat duka

wahai roh yang punya jasad
jadikan ikhtibar semoga bersiap
awalan hidup kan tiba nokhtahnya
rahsia Ilahi tetaplah terbit indah

zai rania (26.11.10)

PENGHULU

kau tegar berpaksi
detapmu mencengkam
kabarmu menghilang
bimbang dan duka

tetapmu menyatu
menangkis segala semu
bagaikan panah menusuk
berserpih segala prasangka

dakapmu penuh syahdu
umpama meneguk air madu
memenuhi kontangnya jiwa
menyelimuti segala kelam

langkahmu ditunggu
menuntun ke arah sinar
berarak megah mendongak
menggapai seribu berkah

sekali kau rebah
berjuta tahun tak sudah
tersayatlah segala janji
meleburlah ke lubang dosa

dan serakah syaitan
mulai berkhutbah songsang
menjalar bak racun
memagut raga hingga musnah

bertautlah pada paksinya
jangan terlepas walau terpancung roh
dialah hanya dia iman
penghulu segala hati

zai rania (20.10.10)

SAF TERINDAH

rapatkan saf.... rapatkan saf
kalimat imam memecah keheningan
meruntun jiwa melunak rindu
penantian berkiblat Ilahi

Allahuakbar bermula takbiratulihram
mula hati mendekat padaNYA
kusyuk tawadduk menyinggah hiba
penuh syahdu tergapai kasihsayang

saat kalimah Allah gah berkumandang
hati tertaut mata meredup
penyerahan diri bemula
bermunajat mengharap rahmahNYA

samiAllahulimanhamidah
Allah Maha Mendengar
Allah Maha Mendengar
terasa erat raga merapat

saat sujud dahi mengucup
doaku titip penuhi dada
sungguh terasa agungMU
bagai mencium pintu syurga

tika duduk antara dua sujud
terliat jelas betapa agungnya
limpahkurniaMU dengan titipan doa
buat kami yang penuh dosa

Subhanallah di akhir tahhiyat
limpahan airmata tak terbendung
sayu tuk meninggalkan pertemuan
yang terjalin dari bermulanya takbir

semoga percintaan 'kita' tak berakhir
tetaplah aku dalam perhatianMU
tak peduli syurga ma nerakaMU
yang kudamba hanyalah kasihMU


zai rania (30.08.10)

SUARA SUBUH

Di subuh yang bening ini...
kuselami isihati...
kuhakis segala perih...
duka yang tak bertepi...
parut yang tak bisa pergi...

Oh teman yang berdiam diri...
membisu walau di sisi...
bilakah kau akan...
memperkenalkan diri...
kubenci duniaku kini...

Oh Tuhan yang kurindui...
bisakah kupergi dengan rela...
meninggal segala isi bumi...
melayang rohku lewat jasad...
yang mereput di kuburan tandus...

Apakah ku disambut malaikat lembut...
atau dijerkah sipencabut nyawa...
bisakah terang persemadianku...
atau kelam gelap diselimuti ngeri...

Apakah kusudah bersedia...
meninggal segala yang tercipta...
apakah penuh bekalan di dada...
atau hanya sekerat jiwa...

Kini kusedari Tuhan masih menyayangi...
bisa terhela nafas setiap dinihari...
agar tautan kesyukuran dilipatganda...
bertawadduk pada yang Esa...
itulah pilihan yang ada...

Syukran... Syukran...
ya Jazilan...
kanku penuhkan dengan keimanan...
kanku padatkan dengan ketakwaan...
itulah sebenar janji manusia pada Tuhan...
sejak azali dari benih hingga dilahirkan...

- Zai Rania -
18.06.2010


Biodata Penyair
Zai Rania berasal dari Kajang Malaysia, segala hal yang ingin ditanyakan menyangkut penyair bisa langsung menghubungi via facebook zai rania


Baca selengkapnya »

PUISI-PUISI ASLINAH ALI,MALAYSIA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Putih

putih warna mu
bersih, memancar seri
suci menghiasi
halaman indah tak terperi
tiada gundah hati
mata memandang
tak terlawan berahi
kumbang datang
ingin menyeri
mampu kah menghindari....?


aslinahali
081110
GETAR

ada getar yang mendenting di dada
indah tak terkata
memberi kan ku rasa
yang sama
berdenting irama nya
indah dan merdu
merasuk jiwa.. membuat bahagia
asmara.. begitu mempesona
kian harmoni
makin berseni
bersama
dalam getar yang membuai
tak tertahan perasaan
merasai kehadiran mu
getar-getar rindu
sangat merdu , berlagu di hati ku

aslinahali
041110
DALAM SENYAP

angin tak membawa pesan
salam tak kesampaian
dalam diam berseorangan
menanti dengan debaran

bertanya diri dalam kalut
apakah tak tersambut
segala yang di sebut
pada lembut bayu yang berpuput ?

malam pekat gelap
dingin pagi kian mendakap
kasih tak terucap
berselubung dalam senyap.....


aslinahali
230910
CINTA

biarkan segala cinta
menjadi rahsia
walau kecewa
hati terluka
impian hampa
rindu
biar membeku
harapan
hanya dalam angan
namun kasih
tetap kan teguh
di hati
simpan kan saja cinta
bila aku telah amat mengerti
segala nya
ketentuan ILAHI

MEMATAH KATA

sepatah kata
mungkin lebih bermakna
ungkapan indah
berbunga-bunga
untuk apa ?
andai
sepatah kata
bisa merungkai segala makna
dan mematah kan segala kata.....


aslinahali
220910

Biodata Penyair
Aslinah Ali, seorang perempuan bersahaja berasal dari negara Malaysia, segala hal menyangkut penyair bisa ditanyakan langsung via facebook Aslinah Ali atau bisa juga langsung menghubungi penyair di blog pribadinya http://aslinahali.blogspot.com.


Baca selengkapnya »

PUISI-PUISI IMRON TOHARI LOMBOK, INDONESIA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Air,Matahari, dan Pelangi

Malam langit bintang gemintang
Malam seribu bulan tlah datang
Bening doa di sudut hening
Tanya berjawab hati nak tenang

Insan hati bertanya tanya
Mula cinta kan ada
Tafakur tunduk hanya padaNya
Bening doa akanlah berkata
:

Dalam masa alam cerita
Samudera memuai menuju bahtera …
Berarak riang bersama Suria
Awan putih, itulah cinta

Riang gembira awan menari
Bertabur cahaya terang mentari
Sulaiman dan BalQis meniti hati
Pertanda tumbuhnya cinta abadi

Putih awan tersaput jelaga
Halilintar merobek, rinai menerpa
Kala Yusuf tiada mecinta
Lara Zulaikha tiada abadinya cinta

Sisa hujan membalut bumi
Suria tersenyum menyapa kembali
Tercipta elok warna pelangi
Pertanda asa cinta; ada abadi

Saat matahari tahu arti sinarnya
Saat angin tahu arti hembusannya
Saat pelangi tahu arti pesonanya
Saat aku tahu artinya sang aku adanya

Yaa Al-Kabiir, Yaa Al-Karim
Itukah makna keabadian cinta?
_______________________________
@ Imron Tohari_lifespirit ‘08

Imron Tohari

Kalam Cinta


Banyak sudah pedih kurasa
Terjal berliku ujian cinta
Dalam kumbangan madu cekat
Jiwa cinta terkungkung sekat

Air mata ara berderai derai
Gemericik nestapa di cawan hati
Dalam kedalaman Istiqomah nurani
Kuasa cinta karunia Illahi

Kerlap kerlip di malam pekat
Elok bintang sujud bermunajat
Berlapak sajak untai sejiwa
Riuh atma saling bersapa

Ooh… di hampar malam hari
Kurasakan bintang gemintang menari
Pijar sinarnya membimbing hati
Merapal doa ritual suci

Berbagi cerita indah dunia
Jangan lupa adanya duka
Ambil hikmah segala coba
Tenangkan hati dikala gulana

Bukankah dunia fana adanya
Kalam Tuhan, itulah titian syurga
_________________________________
@Imron Tohari_lifespirit ‘08

Imron Tohari

Istiqomah Cinta


Tiada lagi nada kasih
Yang dulu terdengar indah
Kini,dalam kumbangan madu cekat
Gelora asmara terkungkung sekat

Terjal berliku ujian cinta
Kuharap hati tiada layu
Biar rasa sakit di jiwa
Kuanggap sebagai batu ujianku

Saat airmata berderai-derai
Harap tersisa di cawan bestari
Istiqomah dalam kedalaman nurani
Bermohon pada Illaihi Robbi

Pada satu mushaf suci
Tertabur segala doa surgawi
Terlebur dendam dan benci
Semata karena ridho Illahi

__________________________________
@Imron Tohari_lifespirit ‘09


Keabadian

saat kedukaan menyapa
bibir berbisik
:cinta itu derita, untuknya
kuteguk airmata duka
biar tahu ada, Nikmat Surga

dan kau
kekasih
kala tergenggam tangan
jangan berharap pada cinta
apalagi berfikir akan kesetiaan
mencinta
ada pada

"pisau pisau kematian
memutus tali nadi
membuat ludah tak lagi
gelas retak
pun
seperti retak ranting
tanpa bunga
tanpa tipis asap nafas
hingga lidah kaku batu
terbungkus bayang
masa lalu"

oh…
kau
kekasih
meleburlah pada kesakitannmu
ajak kesedihan; sebagaimana kesukaan
berjalan
bahkan berlari
menemui kuasamu; adalah titik
keramaian
keheningan
bukan lagi suatu persoalan

SEGALA!
__________________________________________________________________
Inspirasi :
Iwan Gunawan : Segala adalah bagian hidup yang harus kujalani,kusyukuri sebagai bagian dari kuasaku
DaveSky : pisau,ranting,gelas,asap,batu
Hudan Hidayat: Masukan Tipograpipuitika

Kaukah yang menetak rasa itu?


pada ketidak setiaan usia
kebahagiaan membuat orang jauh dengan Tuhannya
sedang kebahagiaan itu tak lebih seperti buih
diayun gelombang ke tepi pantai lalu lesap

dan seperti itulah Kau gambarkan pada kami
tentang sepupu musa yang sholeh
lalu karena manisnya kebahagiaan pikiran
justru dia ditelan celaka!

O, Kaukah itu yang tak pernah pejam?

saat kebahagiaan-kebahagiaan pikiran
kutetak sampai serpih
serupa benih
di punggung-punggung ketidakberdayaan
kutabur; angin barat desau
serupa suara rintih harut dan marut
yang sayapnya patah di bulu lentik Zahra

sujud : bertasbih
memuji Tuhannya

______________________________________…
@ Imron Tohari _ lifespirit 25 Desember 2009

Biodata Penyair

lifespirit merupakan nama pena dari Imron Tohari, SE. dilahirkan di Malang, 13 Januari 1969 seorang pekerja Swasta, menikah dengan BQ. Ernawati Melinda dan dikarunia dua buah hati yakni Alicia Rizka Ananda & Arlo Nauval Estrella. Kini berdomisi di Jln. D. Tondano 33 BTN Pagutan Permai Mataram – NTB, segala hal mengenai penulis bisa ditanyakan langsung melalui facebooknya Imron Tohari.


Baca selengkapnya »

Salam Redaksi

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Assalamu;'alaikum Wr.Wb
Salam kenal, salam persahabatan dan salam karya kepada semua rekan-rekan dari berbagai negara, kali ini saya membuka pembuatan ebook Antologi Puisi Reliji Lintas Negara, yang rencananya akan diterbitkan di evolitera.co.id.
Sebagai Pendiri Sastra Sunser317 saya ingin mengajak seluruh rekan-rekan dari berbagai negara untuk ikut memeriahkan pembuatan ebook ini.
Semoga langkah mulia ini beriring ridla Allah dan kita bisa berbagi dengan apa yang kita tekuni, semoga bermanfaat untuk umat.
Akhirnya saya ucapkan salam persahabatan dan selamat berkarya, untuk rekan-rekan semua. Segala karya sahabat yang masuk dalam ebook ini semoga menjadi ladang amal yang takkan pernah terputus pahalanya. Amien ya Rabbal 'Alamien.


Pendiri Sastra Sunser317
Moh. Ghufron Cholid


Baca selengkapnya »

PANTUN NASEHAT

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Jalan-jalan ke Madura
Jangan lupa beli sutra
Jalan-jalan jumpa saudara
Jangan lupa tegur sapa

Al-Amien, 2010


Baca selengkapnya »

MALAM PERTAMA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Posting cerpen by: moh. ghufron cholid
Total cerpen di baca: 4745
Total kata dlm cerpen: 998
Tanggal cerpen diinput: 13 Mar 2010 Jam cerpen diinput: 3:01 PM
1 Komentar cerpen


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Herman ingin segera menikah dan ingin merasakan malam pertama. Herman ingin membuktikan kebenaran isi puisi karya sahabatnya, yang ditemukan berserakan di beranda rumahnya. Puisi yang sempat disimpan Herman dalam saku celananya, setelah menemukan, mengambil dan membaca isi puisi tersebut.Herman pun, ingin segera mengutarakan keinginannya kepada kedua orang tuanya, kepada Bapak Labib dan Ibu Herlin. Herman menghampiri Bapak Labib dan Ibu Herlin yang sedang duduk di ruang tamu. Herman mulai mengatur posisi duduk dan mulai membuka percakapan.”Ayah dan Ibu, Herman mau mengutarakan sesuatu!””Tentang apa Her?” tanya Bapak Labib dan Ibu Herlin serempak.“Tentang masa depan Herman!”“Memangnya, ada apa dengan masa depan kamu?”Herman diam sejenak dan mulai menarik nafas, lantas melanjutkan percakapannya.“Ayah dan ibu kan tahu, kalau Herman sudah besar!”Bapak Labib dan Ibu Herlin mengangguk. ”Trus” kata Bapak Labib dan Ibu Herlin serempak sambil memperhatikan Herman dengan tatapan serius namun bersahabat.“Herman, mau……?”“Katakan saja, tak usah malu-malu!”Herman diam. Herman mencoba menenangkan dirinya. Herman mencoba memberanikan dirinya, untuk mengutarakan isi hatinya.Tiba-tiba pintu berbunyi. Bapak Labib, segera menuju pintu dan membukanya. Herman mulai sedikit lega, paling tidak sampai Bapak Labib kembali ke tempat duduknya semula.Di luar pintu, Bapak Pos menyodorkan sebuah amplop coklat kepada Bapak Labib. “Dari siapa Pak?” “Bapak Ali, dari Jakarta!”“Terimakasih Pak!”Pak Pos sejenak diam sementara Bapak Labib menawarkan Pak Pos untuk masuk ke dalam rumahnya karena mau diberi hidangan. Namun Pak Pos, memilih pamit karena masih banyak tugas yang harus diselesaikan.Bapak Labib menganggukkan kepala sambil mengulurkan tangannya pertanda menerima permintaan Pak Pos. Perlahan, Bapak Labib memalingkan wajahnya dan segara masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan percakapan yang sempat tertunda. “Dari siapa Pak!” kata Ibu Herlin membuka percakapan.”Kiriman dari Ali, keluarga kita yang ada di Jakarta””Herman!”panggil Bapak Labib”Ya, Pak!””Lanjutkan apa yang hendak kamu sampaikan barusan!”Herman gugup. Herman diam. Menyadari tingkah Herman yang gusar, Ibu Herlin pun angkat bicara,”Pak, buka saja amplok itu! Siapa tahu kita akan menemukan sesuatu di dalamnya. Lagi pula, Ali sudah lama tidak mengirim amplop pada kita, pasti dia akan memberi kabar tentang dirinya dan keluarganya kepada kita, atau mungkin dia akan memberikan kejutan spesial untuk keluarga kita!”Herman mulai tenang dan bisa bernafas lega, paling tidak bisa lebih aman hingga Bapak Labib membuka isi amplop dan membacakan isinya di depan semua anggota keluarga Labib. ”Ada surat dan sebuah foto perempuan berjilbab di dalamnya.””Kita baca sejenak saja!” Ibu Herlin memberi usul disertai anggukan Herman sebagai tanda setuju. ”Mungkin ada baiknya, kalau kita baca saja berdua di dalam kamar, siapa tahu ada kejutan di dalamnya!” usul Bapak Labib.”Benar juga usul bapak!”Herman hanya bisa diam dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil memikirkan isi amplop yang baru diterima ayahnya dari Pak Pos.Akhirnya, Bapak Labib dan Ibu Herlin masuk kamar sementara Herman masih duduk di ruang tamu. Herman masih mencoba mengumpulkan keberanian dalam dirinya, agar Herman mampu mengutarakan keinginannya untuk cepat menikah dan bisa merasakan nikmatnya malam pertama. ###Ruang tamu masih tenang. Tak ada seorang pun yang duduk di kursi tamu, selain Herman.Pagi itu, Herman pun segera mengambil secarik kertas yang ada di saku celananya. Secarik kertas yang berisi puisi tentang malam pertama, karya sahabatnya yang ditemukan Herman di beranda rumahnya tanpa sengaja.Perlahan, Herman mulai membuka secarik kertas tersebut dan mulai membacanya, Malam PertamaBuah Pena Ibnu CholidKata orang malam pertama itu, sangat menakjubkan dan tak bisa dilukiskan.Kata orang malam pertama adalah puisi cinta yang paling didamba oleh dua jiwa yang saling bercinta. Kata orang malam pertama adalah surga yang tak pernah ditemukan di taman remaja.Herman mengulang-ulang membaca puisi tersebut dengan penuh penghayatan. Tanpa disadari Bapak Labib dan Ibu Herlin menghampiri Herman. ”Herman!” Bapak Labib membuka pembicaraan.”Ada apa ayah?””Ayah dan Ibu sepakat untuk....?”Herman terdiam. Herman mencoba mennenangkan dirinya dan mencoba mencari jawaban dari ucapan ayahnya yang belum selesai itu, sambil berdoa, Ya Allah berikanlah kabar yang menggembirakan bagi hambaMu ini. Kabulkanlah doa hamba, berikan jalan termudah bagi hamba agar hamba bisa cepat menikah dan bisa merasakan nikmat malam pertama.”Bapak dan Ibu punya kejutan buatmu. Tapi, kamu tenangkan dirimu terlebih dahulu!”Hati Herman berdegup kencang. Herman semakin penasaran. Herman duduk antara dua rasa yaitu antara penasaran dan senang.Penasaran lantaran Herman belum tahu, maksud perkataan ayahnya. Senang Herman bisa punya banyak waktu mengumpulkan keberanian dalam dirinya untuk mengutarakan keinginannya, cepat menikah dan bisa menikmati malam pertama. “Kami punya kabar baik untukmu!“Tentang apakah itu, ayah?”“Pamanmu Ali, berniat akan...,””Cepat katakan saja, Herman tidak sabar ingin mengetahui kabar baik itu!” “Sabar dan tenangkan dirimu! Baiklah, ayah akan memberimu kabar baik bahwa pamanmu akan menikahkanmu dengan…, ”“Menikah!””Ya, pamanmu akan menikahkanmu dengan putri bungsunya bernama Yulia. Perempuan yang sangat anggun di balik jilbabnya. Perempuan yang sangat santun tutur katanya. Perempuan yang sangat sopan tingkah lakunya!””Coba ulangi perkataan ayah! pinta Herman kepada ayahnya dengan penuh iba, seakan-akan Herman tidak percaya dengan kabar baik yang diterimanya.“Paman Alimu, akan menikahkanmu dengan putri bungsunya, Yulia”Herman pun segera sujud syukur atas kabar baik yang baru diterimanya sambil berbisik dalam hatinya, asyik aku akan segera menikah dan aku akan segera mengetahui dan akan segera membuktikan kebenaran isi puisi yang ditulis sahabatku. Terimakasih ya Allah sebab Kau telah memberika kejutan yang sangat membahagiakan bagiku.Beberapa hari kemudian, Herman dan Yulia menikah. Mereka pun menikmati malam pertamanya, dengan sangat bahagia. Lantas, Herman pun berkata, kenapa tidak dari dulu aku menikah, rasanya aku tak mau waktu cepat berlalu membawa kemesraan cumbu. Al-Amien,

09 Januari 2010
Sumber http://cerpen.net/cerpen-cinta/malam-pertama.html


Baca selengkapnya »

Menapak Jejak Amien Rais, Persembahan Seorang Putri untuk Ayah Tercinta

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:


Resensi Buku — parapenuliskreatif @ 22:24

Judul : Menapak Jejak Amien Rais, Persembahan Seorang Putri untuk Ayah Tercinta
Penulis : Hanum Salsabiela Rais
Penerbit : Esensi Group Erlangga
Tahun : 2010

Kini sewindu lebih usia reformasi. Tapi melihat persoalan-persoalan bangsa hari ini, rasa-rasanya cita-cita reformasi makin menggelayut kabur dari pandangan kita. Ibarat panggang jauh dari api. Toh, tokoh-tokoh reformasi garda depan tetap dipuja, dikagumi. Meski tak jarang pula dihujat dan dipertanyakan konsistensi perjuangannya.

Pada titik kontradiksi penilaian di atas, gerakan reformasi seperti padang Kurusetra dalam epos Mahabrata. Kurawa mewakili motivasi jahat dan pragmatis-individualistik dari tokoh reformasi, sedang Pandawa mewakili motivasi idealis, keikhlasan dan kejujuran untuk melihat bangsa ini sejahtera. Kira-kira begitu.

Tokoh reformasi dipuja lantaran keberaniannya, loyalitasnya terhadap reformasi dan pengorbanannya. Tapi mereka juga dihujat karena dituduh menumpang kesuksesan secara instan pada kerja-kerja pergerakan yang jauh sebelum gerakan reformasi telah “memasang kuda-kuda” untuk merubah keadaan Indonesia dari ambang kehancuran di bawah rezim diktator. Bagi mereka yang menuduh itu, gerakan reformasi dalam sisi yang lain hanya menguntungkan para elit yang bermuka dua. De facto, kita memang tak bisa menampik tuduhan ini. Tokoh-tokoh reformasi banyak yang bertindak opurtunis!

Oportunisme para tokoh reformasi bisa dilihat dari kentalnya “relasi” Soeharto-Orde Baru, namun terpaksa mematuhi tuntutan hak sipil-politik demokratis. Hal itu tercermin dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh tokoh-tokoh reformasi yang bukan kebetulan setelah reformasi banyak menduduki “post-post” kekuasaan. Ditangan mereka, tindakan-tindakan yang diambil sama sekali tak mencerminkan semangat reformasi melainkan merefleksikan bahwa spirit Orde Baru masih berkelanjutan dan terus hidup dalam bentuknya yang nyaris baru: pertama, masih belum tuntasnya kejahatan HAM dari 1965-1998 sampai Munir, hingga hari ini. Kedua, secara ekonomi masih meneruskan kebijakan pembangunisme Orba serta neoliberalisme yang melahirkan kemiskinan, ketimpangan sosial dan ketergantungan utang masif (Fajroel Rahman, Kompas 16 Mei 2009).

Diantara para tokoh reformasi garda depan yang kita singgung di atas, Amien Rais salah satunya. Bahkan mungkin, ia adalah tokoh reformasi yang paling banyak menenggak hujatan, celaan dan tekanan. Hanum Salsabiela Rais, anak kedua Amien Rais, lewat bukunya Menapak Jejak Amien Rais Persembahan Seorang Putri Untuk Ayah Tercinta merekam dari “jarak dekat” semua kisah-kisah perjuangan Amien Rais sebelum dan sesudah reformasi itu.

Amien Rais Di balik Panggung
Penulis menceritakan kisah-kisah di balik panggung seorang Amien Rais. Terlebih alasan-alasan mengenai segala tindakan dan sikapnya yang mungkin selama ini belum diketahui publik. Atau sudah diketahui publik, tapi mungkin berbeda dalam hal cara penyampaian: ia sebagai tokoh reformasi dan ia sebagai bapak dari seorang anak dalam suatu keluarga. Ini yang menarik. Sebab cara penyampaian setiap alasan seorang bapak atas segala tindakan-tindakannya terhadap anaknya yang sudah cukup dewasa dan kritis, umumnya lebih jujur dan bertanggung jawab serta juga penuh kearifan.

Hal itu yang tercermin dalam buku setebal 284 halaman ini. Hanum begitu ia disapa, telaten menguntai kesan dari serpihan ingatan akan kenangan perjalanan bersama bapaknya terlebih dalam mengawal reformasi. Mulai dari kesan perjuangan selama reformasi: saat keluarganya mendapat tekanan yang luar biasa dari orang suruhan rezim; ketabahan dan ketegaran ibunya dalam men-support perjuangan bapaknya; kesalehan bapaknya yang menjadikannya “berani”, maupun pasca reformasi: saat Amien mendirikan partai PAN dan bertarung dalam pemilu demokratis pertama setelah reformasi, yang juga menuai kontroversi (lihat polemik antara Sukidi dan Hajriyanto B. Tohari di Kompas, yang kemudian dikompilasi dalam buku “Teologi Inklusif Cak Nur”).

Dalam buku ini, Hanum memang tidak hanya merekam kesan atas kenangan bersama bapaknya selama mengawal reformasi, tetapi Hanum juga bercerita soal bagaimana Pak Amien mendidik anak-anaknya; memberikan teladan yang baik; tentang “suka-duka” sebagai anak Amien Rais; bahkan tentang pernikahan dirinya. Meski porsi penceritaan hal ini sangat minimal dibanding cerita selama masa-masa reformasi.

Pengalamannya dalam bidang jurnalistik –ia pernah menjadi reporter TRANS TV–membuat tulisan dalam bukunya mengalir dan ringan, layaknya feature atau bahkan buku harian. Sehingga mudah dicerna oleh semua kalangan. Meski bagi mereka yang sudah membaca buku-buku tentang Amien Rais, seperti misal buku biografi “Amien Rais: Putra Nusantara” karya Irwan Omar, atau buku Amien Rais sendiri, “Melangkah Karena Dipaksa Sejarah” seakan-akan tak mendapat informasi baru terkait Amien Rais, kecuali pengulangan-pengulangan (tautologi) dalam bahasa yang berbeda. Langkah-langkah politik Amien Rais yang terbaru pun (niatnya kembali mengurus Muhammadiyah dan “kecenderungannya” menyokong Drajat Wibowo dalam pemilihan ketua umum PAN periode tahun 2010-2014 – yang juga sempat ramai ditanggapi publik), luput dari perhatian Hanum.

Tapi dalam konteks, semakin mengerasnya kerumitan persoalan-persoalan bangsa yang secara vulgar mencederai cita-cita reformasi belakangan ini, terbitnya buku-buku yang mengupas seputar reformasi beserta tokoh-tokohnya memang dirasa penting dan perlu sebagai alarm (atau meminjam bahasa Hanum sendiri sebagai wake up call) atas lupanya (?) masyarakat Indonesia terlebih elit-elit politik terhadap cita-cita luhur reformasi.

Kelebihan (yang mungkin juga akan menjadi kekurangan) buku ini adalah ditulis oleh anak Amien Rais sendiri. Seperti halnya dalam penelitian, paradigma kualitatif dengan seperangkat metode pengambilan datanya yang menuntut peneliti live in dengan yang diteliti memang akan lebih banyak memberikan informasi lebih mendalam, meski selalu takkan luput dari tuduhan “tak objektif”. Begitu halnya buku ini, yang sudah diwanti-wanti tak objektif sejak draf awal penulisan oleh Professor Hanum sendiri di Vienna University of Economic.
Beberapa Kritik atas Buku ini
Selain itu, beberapa hal yang menjadi kritik buku ini adalah pertama, karena pendekatan penulisan buku ini lebih menyerupai dairy writing. Kita sesekali akan menemukan rupa-rupa narsisme yang mungkin kurang perlu. Kedua, secara teknis penulisan, masih banyak ditemukan salah ketik termasuk besar kecilnya huruf di sana-sini. Ketiga, karena secara keseluruhan penulisnya lebih banyak memberikan porsi penceritaan terkait kesan-kesan atas kenangan bersama bapaknya selama mengawal reformasi, judul buku ini dirasa kurang tepat. Jejak Amien Rais tentu sangat luas dan panjang, akan terkesan tereduksi jika membaca keseluruhan isi dan judul buku. Tapi apapun itu, buku ini layak untuk diapresiasi. Selamat membaca

Sumber http://parapenuliskreatif.wordpress.com/2010/05/25/menapak-jejak-amien-rais-persembahan-seorang-putri-untuk-ayah-tercinta/


Baca selengkapnya »

Tak pernah

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:


Aku..
Tak pernah minta diciptakan Tuhan untuk seperti ini.
Tak pernah ingin dilahirkan menjadi begini.
Beberapa orang memerankan tokohnya dalam kehidupanku.
Muncul. Hilang. Datang. Lalu pergi. Terkadang kembali lagi.
Berlalu lalang mengitari hidupku.
Aku tak pernah memusingkannya.
Tapi ada satu.
Dan aku tak bisa untuk tidak peduli terhadapnya.

Semoga semuanya kembali normal.
Dunia takkan hilang bersamaku.
Dunia pun takkan hilang bersamamu.

Hearts Pictures, Images and Photos
>>>>>Setelah menjelang dini hari.
Langit dan hati sama derasnya kali ini.
Hujan, ia datang mengiringi.

Sumber http://dee-n4thinkhujan.blogspot.com/2010/04/tak-pernah.html


Baca selengkapnya »

MERAH YANG PENUH GAIRAH

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Kolaborasi Puisi antara penyair M.E (Marhaeni Eva)dan Moh. Ghufron Cholid
http://www.facebook.com/note.php?created&&suggest&note_id=382329546045#!/note.php?note_id=३८२३२९५४६०४५

MERAH

Kau selalu mengenakan baju merah
Sebab merah mengingatkanmu pada warna dan anyir darah
Darah korban pembantaian yang tak diberi hak mengungkap kesaksian
Darah penyaliban yang memberangus hakikat kebenaran
Dan darah perempuan yang membungkus janin di rahim ketidakberdayaan
Kau selalu menyukai warna merah
Sebab merah menjagamu pada kesetiaan cinta yang kau sakralkan
Dan kesetiaan sebagai saksi atas rahasia yang luput dari mata sejarah
Kesaksian atas aib yang hendak dihapuskan dari silsilah

M.E - Yogyakarta, Mei 2009

LAMBANG CINTA PENUH GAIRAH

Merah hidupmu
Amarah dan gairah
Dalam mengasah sejarah

Merah hidupmu
Tanda cintamu
Melukis cumbu
Tak perduli walau menjadi abu


Al-Amien, 02 April 2010


Baca selengkapnya »

MENGGAMBAR LUKA DALAM WARNA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Kolaborasi Puisi antara penyair M.E dan Moh. Ghufron Cholid
http://www.facebook.com/note.php?note_id=382326946045

UNGU

Dalam ungu kuresapi duka ibu yang terpasung waktu

Elegi yang tak pernah terbaca mata dendam yang dungu

Ungu adalah semburat trauma dari birunya luka

Luka yang diasamkan genangan airmata dalam perjalanan lamban menempuh samudra

“terlalu getir sejarah itu, nak, jangan lagi anak cucu mengalami” wanti-wanti para ibu

Namun hingga kini kaumku tetap menganyam lembaran hidupnya dalam sejarah muram.

ME -- Yogyakarta, Mei 2009

MENGGAMBAR LUKA DALAM WARNA
Teruntuk Penyair M.E

Menggambar luka dalam warna
Semisal mengekalkan tanda di beranda masa... Lihat Selengkapnya
Semua bunga bisa membaca
Ada yang hanya menikmati warna
Ada pula menggali sumber makna
Di kedalaman kata

Al-Amien, 02 April २०१०


Baca selengkapnya »

INSPIRASI

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:









रिफ्की


Baca selengkapnya »

Puzzle,Rosi

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:


Baca selengkapnya »

"..kisah sahabat di penghujung senja.."

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Sore itu, di antara riuh ramai rekan sunser berseru-seru ria. Saya dan seorang sahabat menyusuri pantai. Berbagi cerita tentangnya. Tentang sesuatu yang selalu menjadi pertanyaan ketika saya mendengar sesuatu yang menyedihkan tentangnya, well..sesuatu telah terjadi kepadanya.
Saya jarang sekali bertemu dengannya. Kami hidup dan tinggal di kota berbeda.
Ini bukan curhat tentang kisah picisan yang menye-menye itu.
Melainkan kisah lelaki dan wanita yang terikat dalam ikatan suci, sahabat saya telah menikah.

Dia bercerita. Saya mendengarnya.
Dia berkisah. Saya menyimaknya.
Dia menjelaskan. Saya memahaminya.
Dia berbagi dengan saya tentang hal tersebut. Saya merangkul pundaknya dengan erat.
Kami sama-sama wanita.

Dia pun mengutarakan jika suatu saat “itu” terjadi. Dia tak akan khawatir lagi. Dia sudah tak takut lagi. Kami masih berjalan beriringan di atas pasir.

Baginya, itu sudah bukan hal yang menyiksanya beberapa waktu yang lalu.
Dia selalu siap untuk menghadapinya. Karena, sahabat saya sudah mulai letih untuk menangis.
Kami pun tak peduli dengan debur ombak yang pecah dan mulai pasang.
Menjilati kaki-kaki telanjang kami.

Sahabat saya itu kuat. Dia sabar. Dia begitu tabah.
Sahabat saya begitu menerima kodratnya sebagai wanita.
Ahh..saya pun hanyut. Saya menangis. Sahabat saya tidak.
Sudah saya katakan, dia lebih kuat daripada saya –pendengar setianya.
Mentari mulai membentangkan cahaya senjanya.

Saya bisikkan padanya :
“bahwa apapun yang terjadi, kamu masih punya saya. Saya dan teman yang lainnya. Yang akan selalu setia mendukungmu, menyayangimu, dengarkanmu..”

Saya memeluk dirinya erat. Mata saya basah. Dia tidak. Dia malah tertawa.
Sedikit embun bening mengalir di dinding hati saya. Dingin. Beku. Sejuk.
Seperti angin pantai parangtritis ini di sore hari.
Itu cukup membuat saya lega dan bangga. Sahabat saya wanita yang tegar
Dan dia baik-baik saja.
“Ini senja yang indah.”


Biodata Penulis


Baca selengkapnya »

GALERY RIFQI

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Lagi Lihat apa Bang


Lagi Mikir


Lagi Nyari Jalan Nemu yang Buntu Truz

Lg Main Gitar Nich



Baca selengkapnya »

DOA UNTUK SEORANG ANAK KECIL

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Hanya panas terik matahari yang memiliki arti khusus siang ini bagiku ; sumber keringat, haus dan dahaga sekaligus berpotensi menyuburkan bau ketiak yang membuatku siaga 1 untuk selalu siap menerima “serangan” orang-orang yang mengenalku, menyapaku, lalu mengajak berbincang yang tidak mungkin kulayani dari jarak jauh.

Selain terik matahari, tidak ada yang spesial, tidak ada kebakaran dirumah penduduk dari arus pendek listrik dan kebocoran selang tabung gas. Tidak ada korban jiwa, tidak ada kerugian material, dan parahnya lagi, tidak ada apa-apa.

Angin puting beliung yang merobohkan baleho raksasa di pinggir jalan dan merusak fasilitas halte kampus, juga tidak ada....

Kali ini perhatianku teralihkan, kulihat embun segar yang menetes satu demi satu dipinggiran gelas es teh yang menandai kesegaran teh tersebut kalau sampai numpang lewat di tenggorokan yang sedari tadi memiliki hak paling besar untuk berontak dari haus yang menjajahnya.

Setelah menghampiri penjual es teh “Poci”, kuambil dompet “super setia”-ku dari kantong belakang jeans yang juga “super setia” untuk membeli segelas kesegaran dari teh Pocinya, aku mengambil posisi dan duduk dikursi yang telah disediakan menjelang pesta es tehku sebagai bentuk lain dari surga siang ini. Sambil menghayati dengan penuh penghayatan es teh yang kupegang, kujelajahi jalan pesanggrahan lewat pandangan menyelidik. Ramai dan padat karena lokasinya tepat berada di samping kampus yang menjadikannya pusat perdagangan terbesar di sekitar area kampus.

Kutatap satu persatu-satu orang yang berlalu lalang, sebagian besar adalah mahasiswa dan mahasiswi. Aku melayang menuju alam ide. Terlintas sebuah pikiran, jika setiap orang yang lewat ini direkam secara terus-menerus 24 nonstop kehidupan sehari-harinya dalam sebuah video. Aku yakin 70% hasil rekamannya akan bernasib kena delete pada proses editing film berlangsung. Inilah hidup yang membosankan….

Ditengah kenikmatan menyedot teh, tiba-tiba kudengar suara mencercau tak jelas, ditambah dengan bunyi “kecrekan” dari kumpulan tutup botol yang tak punya nada dan irama. Kucari sumber suara kacau tersebut. Setelah gagal menemukannya saat menoleh kekanan, akhirnya kutemukan gangguan surga siangku hari ini pada saat menoleh kekiri. Seorang bocah kecil, umurnya kira-kira tak lebih dari 4 tahun, penuh kudis dengan kaus dan celana pendek yang robek disana-sini.

Sesudah melewati dua kali penolakan dari 2 orang disampingku, anak itu mulai membuatku khawatir, dia mendekatiku…. Selama ini aku selalu menghormati pengamen, selama ada uang lebih, selama itu juga selalu kusisihkan uang untuk pengamen yang datang dan menghiburku. Konser live musisi jalanan pikirku..

Tapi tidak untuk anak ini, tak ada yang ia sajikan. Jika yang ia tadi lakukan adalah menyanyi, bagiku sama nilainya seperti orang iseng yang kentut disertai suara. Baunya tegas, namun suaranya lebih memilih keluar sedikit, lalu sedikit lagi, lalu sedikit lagi, dan selesai. Bukan hanya tidak menghibur, lebih dari itu, ia mengganggu ketertiban pribadiku.

Kalau saja simpati yang ia harapkan. Aku orang yang pertama menolak cara picisannya. Karena menurutku selalu ada celah bagi seseorang untuk berusaha, bukan lantas putus asa dan memamerkan kelemahannya demi menangguk rasa iba dari orang lain.
Anak itu semakin dekat, akupun semakin siap meladeninya dengan ceramah, nasehat, makian, hujatan dan berujung penolakan memberi uang. Setelah tiba didepanku, anak itu kemudian menjulurkan tangan kirinya, kurang ajar!!!

Puncak kekesalanku akhirnya kumuntahkan dengan bahasa yang agak sederhana ;

5 jari yang terbuka menghadap si bocah dengan senyum tipis yang kulengkapi dengan dua kata datar dan singkat “Maaf dek…”

Ia terus menjulurkan tangannya, aku keukeuh mengabaikannya. Perang dingin ini berlangsung cukup alot dan lama, 10 detik, butuh waktu sekitar 10 detik bagiku untuk mengabaikannya, anak itu lantas pergi dan mencari mangsa selanjutnya. Aku mengelus dada, ada himpitan di dada yang seketika tercerabut. Lega rasanya berhasil menolak memberi uang secara tega-tegaan.

Kutuntaskan pesta teh siang saat ini juga. Setelah mengucapkan terima kasih kepada penjual teh, aku berdiri melanjutkan perjalanan pulang menuju kost. Ada energi tambahan untuk bertarung kembali melawan terik matahari yang masih membelai ubun-ubunku.
Setelah sekitar sepuluh menit meninggalkan TKP surga siang tadi, aku terhenyak ketika melintasi jalan dan tertarik seluruh pandanganku kepada sebuah gang kecil di kanan jalan tempatku melintas.

Bocah itu menangis , didepannya ada mata garang yang memelototinya. Kakaknya, aku yakin dia adalah kakaknya. Mereka mirip secara fisik satu sama lain. Kakaknya yang umurnya berkisar 5 tahun lebih tua dari bocah kudisan tersebut terus menampar adiknya, menanyainya, memukulnya, menanyainya lagi dan menamparnya lagi.

“MANA DUITNYA..??? MASA’ DARI TADI CUMA DAPET TIGA REBU? PASTI LU UMPETIN!!! MANAAA!!!” teriak sang kakak.

Tak terhitung jumlah pukulan dan tamparan yang berlabuh di pipi bocah kecil ini. Bagiku ini lebih thriller dari film Jaws atau korban perang Israel-Palestina di Gaza. Karena kejadiannya langsung kusaksikan didepan mata kepalaku sendiri, siaran langsung tanpa iklan.

Tangisan sang bocah hanya membuat tangan kakaknya semakin professional memukul. Kepalaku tiba-tiba serasa dijatuhi berton-ton rasa bersalah. Bocah itu terus meneteskan air mata tanpa berani mengerang, sesekali ia terjatuh atau sekedar jongkok untuk menghindari rasa sakit yang tak kunjung berakhir itu. Tapi kakaknya yang berperan sebagai algojo siang ini memaksa sang bocah untuk tetap berdiri. Bocah kecil kudisan itu hanya menjawab segalanya dengan tangisan pilu.

Setelah puas menahan penyesalan, aku putuskan untuk ikut campur mengakhiri adegan tak senonoh ini, kuhampiri mereka berdua. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah kulewati, tiba-tiba terdengar teriakan memanggil dari kejauhan. “Asrori!!!”, itu Very, tangannya mengisyaratkan kepadaku untuk segera menghampirinya. “Cepetan!!. Penting…” lanjut Very. Kuambil dompet “super setiaku”, kuambil satu lembar uang sepuluh ribuan, lalu kulemparkan ketengah panggung pembantaian tadi.

Aku berlari-lari kecil menuju Very, ada janji yang kutekadkan dalam hati, akan kupanjatkan doa yang maha tulus di sepertiga malamku nanti khusus untuk bocah kecil kudisan tersebut.

Ya Allah, jika deritanya adalah proses kehidupan yang tak bisa ia hindari, maka berikanlah kekuatan atas anak itu…

Akupun menghampiri Very, wajahnya terlihat samar. Keramaian di jalan Pesanggrahan terlihat serba samar, semuanya kemudian gelap. Hanya tangisan bocah itu yang masih nyaring terngiang di telingaku.

Jakarta, 2010


Baca selengkapnya »

MELATIH HIDUP LEBIH MENGENAL JATIDIRI

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

(esai)
Sebuah Ulasan Sajak-sajak Pencandu Hujan

Membaca dua puisi tentang bunda karya sahabat FB yang satu ini, kita diajak untuk selalu mengingat dan berbakti kepada bunda. Orang yang telah melahirkan kita. Orang telah banyak berkorban untuk kita. Orang yang telah banyak memberikan senyumnya untuk kita tanpa pernah minta balas jasa.
Dalam puisi pertama berjudul bunda seperti yang tertera di bawah ini,


BUNDA

bunda...
izinkan aku
tuk bersimpuh dan mencium kakimu
sekali saja
agar engkau tahu
betapa aku bukan siapa-siapa
tanpa campur tanganmu......

Sahabat yang hanya menyebutkan dirinya pecandu hujan, dengan sadar dan tulus, sahabat yang satu ini (pecandu hujan) melukiskan betapa besar jasa seorang ibu. Betapa aku lirik dengan sangat tawadu' mengakui bahwa dirinya tak berarti tanpa bantuan seorang ibu. Tanpa kasih sayang seorang ibu.
Hal secaman ini, mengajak kita merenung dan belajar untuk menghormati seorang ibu dengan penuh ketulusan.
Sedangkan pada puisi berjudul maafkan bunda (pecandu hujan) mengingatkan seluruh ibu yang memiliki buah hati, untuk senantiasa mengingat jatidirinya sebagai seorang ibu dan betapa seorang ibu tak berarti tanpa dukungan dari anak-anaknya sebab anak-anaknya yang membuat seorang ibu berlatih lebih sabar, lebih mengerti dalam memahami hidup.
Pecandu Hujan menempatkan diri dalam dua puisinya dalam posisi yang netral, di satu sisi dia mengingatkan kita sebagai seorang anak yang harus berbakti kepada ibunya lantaran jasa ibu yang begitu besar. Namun di sisi lain, pencandu hujan menegaskan jatidirinya sebagai seorang ibu. menurut hemat saya, pecandu hujan ingin mengingat seluruh kaum ibu untuk lebih peka dengan keadaan anak-anaknya. Untuk tidak egois dalam mengatur anak-anaknya namun tegas demi kebaikan hidup anak-anaknya. Semuanya bisa kita saksikan dengan gamblang dalam puisi di bawah ini
---------------------------------------------------------------

MAAFKAN BUNDA

Anak-anakku
Kalianlah penyejuk hati bunda
Kala bunda merasa letih
Menapaki jalan hidup yang terkadang penuh kerikil
Maafkan bunda......
Yang tak pernah mengerti perasaan kalian
Yang tak peka akan tangisan dan isak kalian
Bunda paham..
Kalian rindu kita berkumpul seperti dulu lagi
Kalian rindu kebebasan bermain
Seperti layaknya anak-anak lain
Namun bunda hanya manusia biasa
Penuh dengan kelemahan dan tiada sempurna
Yang tak bisa menjadi segalanya untuk kalian
Bunda hanya wanita biasa
yang terus berusaha untuk membahagiakan kalian
Menjadikan hari-hari kita berarti dan penuh makna
Menjadikan masa kecil kalian berharga untuk dikenang
Bunda berjanji, kita akan bahagia
Walau hanya bertiga....................
Kalian milik bunda........bunda milik kalian......

* Penuh cinta dan kasih sayang untukmu..Hafidz dan Rayna...
Dengan demikian membaca dua puisi pecandu hujan akan lebih menjadikan diri kita semakin memahami jatidiri kita baik sebagai anak mau pun sebagai orang tua. Di penutup puisinya, pecandu hujan semakin mempertegas tentang pentingnya kebersamaan hal ini tampat jelas dalam puisinya Kalian milik bunda........bunda milik kalian......Akhirnya saya hanya bisa mengucapkan terimakasih atas kerelaannya dalam memberi izin kepada saya untuk mengulas dua puisi pecandu hujan ini.

Al-Amien, 13 Maret 2010



Ilustrasi yang saya ambil di not pecandu hujan


Baca selengkapnya »

KENANGAN SAAT BERSAMA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:



Biarkan dinding dan jendela bercerita
Ejaan-ejaan kebersamaan pun bisa kita baca
Rindu yang selu menari
Saat-saat indah dalan kebersamaan
Akan selalu mengingatkan kita
Menatap sunyi tanpa sahabat-sahabat sejati
Akan tak berarti dan sangat mengiris hati

Al-Amien, 2002-2010


Baca selengkapnya »

KEBUTUHAN MADURA AKAN BUDAYA YANG TERBAHARUI (Part 1)

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Konflik global budaya universal
“Sesungguhnya telah kami ciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal”

***

Mendiskusikan perihal kebudayaan, sama melelahkannya dengan membongkar habis masalah kemanusiaan yang tak pernah kunjung selesai jika harus dibicarakan. Antara budaya dan manusia, sudah selayaknya tidak lagi ada segmentasi yang membatasi keduanya, sama halnya dengan melangkahkan kaki diatas pasir atau lumpur, budaya akan secara otomasis muncul sebagai jejak langkah yang tak bisa disangkal keberadaanya.

Kemunculan budaya pada setiap pranata kehidupan masyarakat memberikan ruang gerak pada setiap individu untuk melakukan proses pengembangan diri sebagai bukti kelangsungan hidup yang terus berlanjut dan berkembang.

Bagi sebagian pihak, hal tersebut merupakan sebuah ironi yang berpotensi memunculkan konflik yang lahir dari kemajemukan budaya yang ada. Demi menghindari efek domino dari konflik yang dikhawatirkan muncul, ironi tersebut akhirnya menyumbangkan sebuah cita-cita baru untuk mempersembahkan kepada umat manusia derajat yang sama rata, kualitas kehidupan yang sama, hak asasi manusia yang tidak pula berbeda, yakni modernism.

Penekanan pada artikulasi kata modern pada sebagian pihak berdampak sangat baik, khususnya bagi mereka yang berasal dari benua-benua penggagasnya seperti di Eropa dan Amerika. Namun, di akhir abad ke-19, kaum poskolonialis dan posmodernis memberikan hantaman besar kepada modernisme sekaligus melayangkan tuduhan, atau mungkin sebuah pelucutan secara vulgar kedok-kedok penjajahan gaya baru terutama terhadap Negara-negara dunia ketiga yang kerap kali menjadi korban penyatuan visi peradaban barat.

Kritik kaum poskolonialis banyak menyadarkan sejumlah pihak yang telah merasa sedikit demi sedikit terhapuskan jati dirinya dari permukaan dunia. Namun jika kita simak cermati, dampak baru yang sekarang mewabah dan menjadi permasalahan baru adalah inertia kebudayaan dalam tiap pranata masyarakat. Phobia akan modernisme kemudian memudarkan makna substansial dari kebudayaan.

Budaya yang sediakalanya merupakan proses yang ditempuh melalui kerja keras dan usaha berfikir para pendahulu kita, kini mengalami penyusutan langkah menjadi sebuah objek yang harus di awetkan, bahkan jika perlu sampai karatan.

Jika dalam ilmu fisika kita diperkenalkan dengan hukum kekekalan energi, maka dalam ranah negosiasi dan resolusi konflik kita dihadapkan pada hukum kekekalan konflik, yakni, konflik tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, yang ada hanyalah dinamisme sebuah konflik untuk bertransformasi menjadi sebuah konflik baru.

Dari hukum kekekalan konflik tersebut, kita semua terseret pada sebuah transformasi penjajahan dunia era baru menjadi sebuah phobia modernism yang berujung pada kejumudan kreatifitas yang tidak lagi menggelitik kita untuk terus berpikir kepada keterbukaan dari budaya lama menuju budaya yang lebih baru, yang otentik dan tetap menjaga keaslian jati diri.

Madura : antara fenomena gegar budaya dan pengkultusan warisan leluhur.
(bersambung ke “Kebutuhan Madura akan Budaya yang Terbaharui” part 2)

Jakarta, 2010


Baca selengkapnya »

HIDUP TANPA PENYESALAN

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Dari jauh lubuk hatiku
Jiwaku resah mencari tahu
Apa yang sedang kurasakan ini
Terguncang aku mengingat engkau

Seandainya aku masih bisa memilih
Akan kupilih engkau sebagai kekasih sejatiku
Betapa semua harapan hanya untukmu
Akan kupahat namamu dalam pusara hatiku

Kaulah rahasia terbesar hidupku
Yang takkan mungkin aku ungkapkan
Kusimpan erat perasaan
Meski ajal menanti


(Padi : seandainya bisa memilih)

***
Ada satu trik menarik untuk mendapatkan hati seorang perempuan yang kudapat ketika menonton film *maaf, mengingat begitu sakralnya film ini bagiku, judul terpaksa kami hidden* dan terbukti ampuh memakan sejumlah korban (sumpah orang laen, gw cm dikit!!! )

Trik tersebut kurang lebih seperti ini:

“Coba deh manis (gw saranin jangan make muka gombal waktu ngomong ini, jangan sampe dia muntah!!), kamu bayangin seandainya kamu berada dimasa depan 10 sampai 20 tahun kedepan dengan seorang pria pendamping hidup kamu. Dan malangnya, ketika itu kamu sering bertengkar karena berbagai sebab, akhirnya kamu bosan dan menyesal telah memilih pria tersebut sebagai suami kamu. Setelah penyesalan yang tak berujung, akhirnya, kamu mengumpulkan semua gambar yang pria yang pernah kamu kenal yang ada dalam ingatanmu, kamun sortir satu-persatu gambar-gambar tersebut sampai akhirnya terpilih sebuah gambar wajah seorang pria yang yang membuat kamu benar-benar sangat menyesal karena tidak bersama pria tersebut sebagai istrinya pada saat itu. Dan jika seandainya gambar wajah itu adalah gambar wajahku, bagaimana? Kenapa tidak kita coba untuk mamastikannya, dengan cara, meresmikan hubungan kita dengan label pacaran untuk sekedar tahu bahwa kita akan menyesal atau tidak menyesal jika akhirnya nanti menikah dengan orang lain?”

Bagi yang ingin mencoba silahkan mencoba, tapi bukan trik ini inti pembahasan note kali ini, hal yang paling menarik perhatianku dari fenomena diatas adalah perbincangan mengenai masa depan dan penyesalan-penyesalan yang terjadi pada diri seorang manusia.

Dengan melakukan pengandaian bahwa kita adalah utusan masa depan yang dikirim khusus untuk memperbaiki masa lalu kita agar menjadi lebih baik, maka dapat kita simpulkan bahwa kehidupan yang sedang kita jalani saat ini merupakan sebuah proses untuk meminimalisir penyesalan-penyesalan yang mungkin akan sangat mengganggu kita di masa yang akan datang. Bukan hanya tentang cinta yang berlanjut pada pernikahan, tapi pada setiap detail masa depan yang kita impikan, baik karir, bisnis, intelektual, sosial atau hubungan kita kepada sang Kholiq.

Jika saja kita mau untuk jujur kepada hati kita, pada usia yang belum seperempat abad ini, berapa banyak hal yang ingin kita perbaiki pada masa lalu, padahal 1 detik yang terlewati adalah hal terjauh yang tak mungkin lagi digapai oleh seorang manusia.

Dengan segala kerendahan hati yang tersisa, mari kita coba sejenak untuk meluangkan waktu untuk sekedar menoleh kepada teman-teman sebaya yang telah meraih kesuksesan jauh melampaui kita semua. Akan kita sadari dari sana bahwa terdapat banyak kesamaan dan hanya sedikit perbedaan antara kita dan mereka.

Kita sama dianugrahi akal pikiran yang maha dahsyat

Sama-sama bisa mengupayakan hal serupa

Sama besarnya peluang yang diberikan

Sama sakitnya jika harus terjatuh dari tangga impian

Sama-sama diberikan kesempatan untuk berdoa dan berharap

Dan banyak kesamaan-kesamaan lainnya

Tapi mereka yang sukses, hanya berbeda pada satu kesadaran bahwa mereka tidak harus menyesal jika nanti pada akhirnya mereka mendapatkan kesuksesan di kemudian hari.

Keep dreaming, praying and working

Biodata Penulis
Ia adalah seorang Mahasiswa UIN Jakarta '07


Baca selengkapnya »

KISAH CINTAMU DAN DOAKU

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Teruntuk guruku Nyai Hj. Zahrotul Wardah

Namun tahajjud sunyi
Yang kau pilih menjadi puisi
Akan selalu memikat hati
Ilahi pun meridlai

Halaman tunggumu
Jiwa yang selalu merindu

Zaman mengerlingkan mata
Akan kau rundukkan pandangan lantaran setia
Hizib-hizib cintamu kau hadiahkan pada permata hatimu
Rindumu selalu kau terjemahkan dalam gerakmu
O guruku
Tanda baktimu pada permata hatimu
Ulasan setiamu
Lintasan jalan cinta dan cumbumu

Walau aku tak lahir dari rahimmu
Aku masih anakmu
Rindang pohon doamu
Di halaman tanah jauhari
Akan meneduhiku
Hanya pada Allah aku berdoa semoga kau dan permata hatimu selalu menjadi cahaya

Al-Amien, 11 Maret 2010


Baca selengkapnya »

Pemikiran Kopong Zuhairi MisrawiBagikan

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

(Sebuah Esai)

Di tanah air, mungkin tak begitu banyak yang kenal dengan Zuhairi Mizrawi, selain para aktivis sejumlah LSM, NU dan orang-orang yang berminat serta bergiat pada pelbagai pemikiran dan wacana liberalisasi keagamaan (terutama Islam). Maklum, ia adalah tokoh intelektual muda progresif NU yang cerdas dan cukup produktif dalam menerbitkan buku. Beberapa karyanya yang terakhir adalah Sejarah Mekkah, Sejarah Madinah dan Biografi KH. Hasyim Asy’arie. Ketiganya adalah terbitan Gramedia, penerbit mayor-label yang sekali lagi menandaskan bahwa dirinya layak diperhitungkan.

Sebagai intelektual yang kerap mewacanakan dan melontarkan pemikirannya, Zuhairi Misrawi otomatis menjadi milik publik. Dalam arti, bahwa segala laku, sikap, tindakan dan terlebih pemikirannya, akan selalu dimintai pertanggungjawaban oleh publik. Atau paling tidak, minimal akan selalu dinilai dan dilihat. Nah, tulisan ini merupakan contoh. Tulisan ini mencoba untuk mempertanyakan konsistensi dan keutuhan pemikiran seorang Zuhairi Misrawi itu.

Beberapa Pengalaman Pertemuan

Saya punya pengalaman cukup menarik yang berkaitan dengan Zuhairi Misrawi, yang kemudian menjadi alasan penting mengapa saya menulis ini. Beberapa minggu lalu, tepatnya tanggal 30 Januari, saya dengan salah seorang teman dekat Zuhairi Misrawi di almamater Pondok Pesantren Al-Amien (kebetulan saya juga alumni Al-Amien) diajak untuk menghadiri acara bedah buku terbaru Zuhairi Misrawi di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta. Tanpa banyak pertimbangan, saya pun menyanggupi ajakannya. Karena kebetulan, semenjak di Al-Amien, saya diam-diam menyimpan sebuah kebanggaan akan pesona intelektualitasnya (mungkin ini juga lantaran karena Zuhairi Misrawi tidak hanya satu pesantren dengan saya, tapi juga satu daerah). Yang terbayang dalam pikiran saya waktu itu adalah, saya akan bertemu dengan Zuhairi Misrawi secara spesial karena kebetulan diajak teman dekatnya di almamater. Dimana saya akan diskusi panjang lebar, menimba ilmunya dan bertanya tentang proses kreatif menulisnya, atau sekedar ikut bernostalgia mengapungkan dan berbagi kenangan saat sama-sama di Al-Amien dahulu.

Tapi semua balon bayangan indah di kepala saya itu pecah, tatkala selesai acara bedah buku itu kami menemuinya, ia bersikap tak layak untuk ukuran seorang yang pernah berteman, besar dalam satu lembaga pendidikan formal dan satu daerah. Tiba-tiba keseluruhan pesona intelektualitasnya memudar dan menguap dalam pandangan saya. Pertanyaan-pertanyaan beriringan muncul, “bagaimana mungkin seorang Zuhairi Misrawi yang rajin mewacanakan akan pentingnya Islam yang toleran, inklusif, dan ramah bersikap congkak dan sama sekali tak mencerminkan pemikirannya yang kemilau itu?”. Batin saya berdialog keras, antara tetap memvonisnya buruk dan sedikit memberikannya toleransi. “Mungkin beliau lagi tidak mood, capek dan sebagainya”. “Atau ini wajah lain, alter ego dari seorang Zuhairi Misrawi?” Pertanyaan-pertanyaan itu berkelebat tak habis-habis hingga Zuhairi Misrawi pergi meninggalkan kami menuju mobil pribadinya.

Sungguh pengalaman diatas, berbeda jauh saat saya juga berkesempatan bertemu dengan Habiburahman El-Shirazy, penulis Novel laris Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih di kampus saya, Universitas Islam Indonesia (UII) beberapa tahun silam. Kang Abiq, begitu sapaan akrabnya, yang juga alumnus Kairo sama seperti Zuhairi Misrawi dengan senyum ramah dan agak malu-malu membaur dengan peserta bedah buku, yang meminta foto bareng dan tanda tangannya setelah usai acara.

Pengalaman lain, ketika saya ditakdirkan berkenalan dengan seorang penulis perempuan sekaligus spiritualis Yogyakarta, Marhaeni Eva. Hanya darinya, saya mendapatkan kesan bahwa satu-satunya penulis yang saya kenal, dirinyalah yang punya kerendah-hatian dan perhatian besar pada generasi penulis muda seperti saya. Juga ketika saya bertemu dengan filsuf muda dan penulis buku Derrida, Muhammad Al-Fayyadl beberapa tahun lalu dalam sebuah acara bedah buku di kampus Sanata Dharma. Meski saya waktu itu tak punya keberanian untuk menegurnya, tapi ia kerap membalas pesan-pesan saya.

Pemikiran Tak Berbuah

Beberapa pengalaman diatas, terus terang membawa saya pada perdebatan klasik antara pengarang dan karyanya. Sebuah karya adalah kepanjangan pikiran atau bahkan ideologi penulisnya. Pramoedya Ananta Toer pernah berujar bahwa sebuah karya adalah anak jiwa pengarangnya. Tapi dalam menafsirkan sebuah karya, seorang filsuf bahasa Roland Barthes punya pandangan berbeda. Menurutnya, ketika sebuah karya sudah selesai ditulis dan dilempar ke publik, maka pada waktu bersamaan, penulis telah mati. Ia kehilangan otoritas. Hal ini, dalam argumentasi Barthes, dimaksudkan untuk membebaskan sebuah teks dari tirani penafsiran penulisnya.

Jika sebentar ditimbang, pemikiran Barthes masuk akal. Tapi saya tak bisa berkeyakinan dan berkedirian se-ekstrem Barthes. Bagi saya, sang penulis masih penting untuk dikaji secara serius. Sebab, sebuah karya ditulis dalam konteks sosial-psikologis tertentu penulisnya. Jadi pengkajian akan “sang penulis”, masih dianggap akan memberikan informasi penting saat kita membaca dan menafsir sebuah karyanya. Maka dengan keyakinan ini, dimana penulis dan karyanya (pemikirannya) adalah ibarat dua mata koin yang tak dapat dipisahkan. Saya menemukan, bahwa tindakan dan sikap Zuhairi Misrowi diatas dengan pemikirannya menjadi mismatch. Ada semacam ketidaksinambungan antara tindakan dengan pemikirannya, yang kemudian menyebabkan pemikirannya menjadi mandul dan tak berbuah. Hal ini barangkali disebabkan oleh berhentinya pemikiran Zuhairi Misrawi pada ranah kognitif. Atau bisa jadi semua premis pemikirannya hanya lip-service yang sengaja dibangun tanpa keyakinan penuh hanya untuk mengejar popularitas? Bukan belakangan memang begitu banyak para intelektual dan cendekiawan yang berkutat pada ambisi-ambisi politik dan kekuasaan? Sekedar mengingatkan, pada tahun lalu, Zuhairi pernah mencalonkan diri sebagai wakil rakyat di parlemen melalui Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP) dengan daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur, namun tak lolos. Ini menandakan bahwa para intelektual dan cendekiawan sudah kehilangan keriangannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, dan mulai tergiur dengan kekuasaan struktural.

Jika benar asumsi diatas, maka premis pemikiran Zuhairi Misrawi tak ubahnya jajajan di pasar-pasar. Begitu murah! Sebab benar kata Ghandi, kita harus menjadi bagian dari perubahan yang ingin kita lihat, sekecil apapun. Atau kata Rendra, perjuangan adalah melaksanakan kata-kata.

Jogjakarta, 2010
Biodata Penulis

Penulis adalah Mahasiswa UII Jogjakarta, Penulis Antologi Puisi Toples (total media 2009)


Baca selengkapnya »

KEBERSAMAAN KITA

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

Teruntuk guruku tercinta KH. Moh. Idris Jauhari

Kau hadiahkan buah ilmu
Hingga hilang laparku

Mengeja kebersamaan kita
O guruku
Halaman silaturahmiku semakin hijau

Impianmu yang telah kuterjemahkan
Dalam bait-bait hidupku
Ringkasan mutiara hikmahmu
Itulah tempatku bercermin
Sesekali mengingatkanku betapa rindang pohon kasihmu

Jalan yang kau tempuh
Adalah hamparan sejarah
Untukku melangkah
Hingga aku bisa meraba jaman
Antarkan aku dengan doamu, guruku
Resahku yang menjelma guyuran hujan di halaman tungguku
Itulah yang akan segera reda beriring ridla Tuhan

Al-Amien, 2010


Baca selengkapnya »