MELATIH HIDUP LEBIH MENGENAL JATIDIRI

Posted by: Moh. Ghufron Cholid / Category:

(esai)
Sebuah Ulasan Sajak-sajak Pencandu Hujan

Membaca dua puisi tentang bunda karya sahabat FB yang satu ini, kita diajak untuk selalu mengingat dan berbakti kepada bunda. Orang yang telah melahirkan kita. Orang telah banyak berkorban untuk kita. Orang yang telah banyak memberikan senyumnya untuk kita tanpa pernah minta balas jasa.
Dalam puisi pertama berjudul bunda seperti yang tertera di bawah ini,


BUNDA

bunda...
izinkan aku
tuk bersimpuh dan mencium kakimu
sekali saja
agar engkau tahu
betapa aku bukan siapa-siapa
tanpa campur tanganmu......

Sahabat yang hanya menyebutkan dirinya pecandu hujan, dengan sadar dan tulus, sahabat yang satu ini (pecandu hujan) melukiskan betapa besar jasa seorang ibu. Betapa aku lirik dengan sangat tawadu' mengakui bahwa dirinya tak berarti tanpa bantuan seorang ibu. Tanpa kasih sayang seorang ibu.
Hal secaman ini, mengajak kita merenung dan belajar untuk menghormati seorang ibu dengan penuh ketulusan.
Sedangkan pada puisi berjudul maafkan bunda (pecandu hujan) mengingatkan seluruh ibu yang memiliki buah hati, untuk senantiasa mengingat jatidirinya sebagai seorang ibu dan betapa seorang ibu tak berarti tanpa dukungan dari anak-anaknya sebab anak-anaknya yang membuat seorang ibu berlatih lebih sabar, lebih mengerti dalam memahami hidup.
Pecandu Hujan menempatkan diri dalam dua puisinya dalam posisi yang netral, di satu sisi dia mengingatkan kita sebagai seorang anak yang harus berbakti kepada ibunya lantaran jasa ibu yang begitu besar. Namun di sisi lain, pencandu hujan menegaskan jatidirinya sebagai seorang ibu. menurut hemat saya, pecandu hujan ingin mengingat seluruh kaum ibu untuk lebih peka dengan keadaan anak-anaknya. Untuk tidak egois dalam mengatur anak-anaknya namun tegas demi kebaikan hidup anak-anaknya. Semuanya bisa kita saksikan dengan gamblang dalam puisi di bawah ini
---------------------------------------------------------------

MAAFKAN BUNDA

Anak-anakku
Kalianlah penyejuk hati bunda
Kala bunda merasa letih
Menapaki jalan hidup yang terkadang penuh kerikil
Maafkan bunda......
Yang tak pernah mengerti perasaan kalian
Yang tak peka akan tangisan dan isak kalian
Bunda paham..
Kalian rindu kita berkumpul seperti dulu lagi
Kalian rindu kebebasan bermain
Seperti layaknya anak-anak lain
Namun bunda hanya manusia biasa
Penuh dengan kelemahan dan tiada sempurna
Yang tak bisa menjadi segalanya untuk kalian
Bunda hanya wanita biasa
yang terus berusaha untuk membahagiakan kalian
Menjadikan hari-hari kita berarti dan penuh makna
Menjadikan masa kecil kalian berharga untuk dikenang
Bunda berjanji, kita akan bahagia
Walau hanya bertiga....................
Kalian milik bunda........bunda milik kalian......

* Penuh cinta dan kasih sayang untukmu..Hafidz dan Rayna...
Dengan demikian membaca dua puisi pecandu hujan akan lebih menjadikan diri kita semakin memahami jatidiri kita baik sebagai anak mau pun sebagai orang tua. Di penutup puisinya, pecandu hujan semakin mempertegas tentang pentingnya kebersamaan hal ini tampat jelas dalam puisinya Kalian milik bunda........bunda milik kalian......Akhirnya saya hanya bisa mengucapkan terimakasih atas kerelaannya dalam memberi izin kepada saya untuk mengulas dua puisi pecandu hujan ini.

Al-Amien, 13 Maret 2010



Ilustrasi yang saya ambil di not pecandu hujan


0 komentar:

Posting Komentar